Karya



Begini-Begitu
BEGINI-BEGITU
Oleh : Noval Kurniadi

Anak itu begini
Dia tidak begitu
Tapi karena kita yang begini
Dia jadi begitu

Anak tidak mengenal begini
Tidak pula mengenal begitu
Tapi karena kita memperkenalkan begitu
Jadinya dia begini

Jangan salahkan anak jika begini
Tapi salahkan mereka yang begitu
Biar begini-begini
anak tidak begitu
jadi anak begitu karena begini

Hmmm...
Begini lagi begini lagi
Kalau sudah begini, kapan begitunya?

Sudahlah, tak usah membahas begini
Tak usah pula membahas begitu
Sebab yang penting, anak tidak boleh begitu!
Tapi harus begini!

Kenapa begitu?
Karena begini..
Daripada harus menyia-nyiakan begini
apalagi begitu
yang tidak begini
serta begini
yang tidak begitu
lebih baik mencari cara begini
agar anak tidak begitu...*

***

*KET : Puisinya memang begini-begini. Tapi begitu-begitu ditulis oleh begini.. =)



Dilema

Dilema
Oleh : Fariha

Ku ikhlaskan jika kau akan merasa lebih bahagia
Mungkin hati akan hampa
Tapi biarlah
Kucoba bernafas
Meski sesak
Karena ku harus tanpamu...
Karena ku ragu...

Kau pun tak meyakinkanku
dan ketika ku membiarkan kau pergi
Kau pun terdiam
Tak pergi dan tak memintaku untuk mencegahmu
Mungkin kau bimbang
Tapi kuizinkan kau berfikir
Ku mencoba sabar dan bertahan
Ku tak akan mengusikmu 
sampai kau mampu memutuskan....


Ya Sudahlah


Ya Sudahlah
Oleh : Fariha

Sekalah air matamu..
Bukan saatnya menangisi semua yang terjadi
Tengadahkanlah kepalamu
Berani menantang matahari
Kalahkanlah ia...

Jangan takut..
Jangan lemah..
Bangkit!
Tetap bersemangat
Untuk menjalani hidup kita
Menggapai semua angan dan mimpi kita
Mengubah semua harapan dan mewujudkannya menjadi kenyataan
Dengan niat, tekad bulat, usaha serta kegigihan

Yakinkanlah diri kawan,
Tak perlu lagi menoleh ke belakang
Yang berlalu
Ya sudahlah...
=)


PASCAL


PASCAL

Oleh : Dini Rachmawati


Yang Muda, Yang Berhasil

YANG MUDA, YANG BERHASIL

Oleh : Ahmad Roziqi



Sulitkah Bhinneka Tunggal Ika Direalisasikan?

   
  Sulitkah Bhinneka 
Tunggal Ika Direalisasikan?

Oleh : Muhammad Ilman Mursyidan


cerdAS

cerdAS
Oleh : Noval Kurniadi

Ditulis : Jakarta, Kamis, 17 Februari 2011 pukul 11.15 - 11.50 WIB

orang CERDAS, tidak harus selalu memakai JAS... =)

Nyatanya, banyak orang berjAS 
tapi sebenarnya banyak dari mereka yang tidak cerdAS

Mereka tidak menggunakan kemampuan otak mereka dengan pantAS
kecuali hanya sebagai bukti di atas kertAS

jadi jika anda ingin cerdAS
jangan mengejar hanya demi sebuah jAS
sebuah tAS
sebuah kartu AS
sebuah bus patAS
peringkat teratAS
apalagi mengejar nenek-nenek penjual talAS
yang suka berjualan di saat panAS

juga jangan suka memelAS
memerAS
dan bersikap kerAS
atas rasa malAS
apalagi menganggu si mas-mAS
yang hobinya nyolong kipAS
dan melihara binatang ganAS

karena pada dasarnya anda terlahir begitu cerDAS
tidak seperti kapAS
tidak seperti matrAS
tidak seperti alAS
tidak seperti buang hadAS
apalagi engkong-engkong penjual nanAS
yang doyan godain perawannya pak anAS

Tapi seperti emAS
laksana sebuah markAS
seindah kata-kata majAS
sekokoh bumi andalAS
sekuat batu cadAS
semerdu bunyi bAS
semenarik suatu parAS
bahkan seuntung pemasukan uang kAS

karena cerdAS
suatu ukuran yang pAS
pemilik ciri khAS
dimana anda akan temukan sesuatu yang pantAS
yang buat anda naik, naik dan naik kelAS
hingga otak anda terangkat ke atAS*
=)


Badai Akidah

BADAI AKIDAH
Oleh : Ramawidyafebro Widyarto


Terbuka dua buah mata
Mencoba melihat mentari kuning sedang bersinar
Berdiri dan berjalan keluar
Meratapi kehidupan yang tak terarah
Berfikir tentang kepercayaan bahwa dunia ada begitu saja
Tanpa ada yang menciptakan

Bunyi gong besar pun mulai terdengar
Di antara suara burung kecil yang berkicau
Di sebuah kuil yang tak jauh dari pandangan mata
Mendorong bergegas hadir ke sana
Mengucapkan kata yang tak dapat di mengerti
Membakar kumpulan lidi merah
Sambil bertapa dan berdoa pada Sidharta Gautama

Keyakinan yang hakiki belum di dapatkan
Masih terasa kacau hati ini
Mencari dan terus mencari
Agama yang kian di nanti
Mencoba untuk datang ke suatu pura
Turut serta dalam adat di sana
Yang menyembah kepada para Dewa
Dan berharap pada suatu yang lebih baik

Namun pendirian tiba-tiba runtuh
Bagai rumah di terjang ombak
Melihat kumpulan yang banyak pengikutnya
Berbondong-bondong menuju gereja tua
Dan mengadu pada roh kudus
Kebebasan dan kesenangan yang diinginkan mulai terasa
Tapi badai kebimbangan datang kembali
Seolah tak yakin pada tiga Tuhan

Termenung sejenak dengan kepala tertunduk lesu
Menangisi apa yang terjadi
Mulai terdengar suatu suara
Suara yang berkobar memecahkan langit
Bergerak menuju sebuah surau
Bergetar dan berdiri bulu romat ini
Melihat ibadah yang sederhana
Namun syahdu terasa
Dua kalimat syahadat pun terucap
Pada bibir biru yang lemah
Mencoba mulai beristiqomah
Pada ajaran yang bertaqwa
Pada Tuhan Yang Maha Esa
Yang membuat tentram sepanjang masa*